Naskah Idulfitri 1443 H/2022 M : Introspeksi Diri di Hari yang Fitri
Naskah Idulfitri 1443 H/2022 M
Tema: Introspeksi Diri di Hari yang Fitri
(أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ
أَكْبَرُ). (أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ). (أَللَّهُ
أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ).اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا،
وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ
وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ.
اللهُ أَكْبَرُ وَ للهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ
أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ
Jamaah salat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah penguasa alam
semesta. Dia-lah Yang Maha gagah-Perkasa.
Dia-lah Yang Maha Kuasa. Kekuasaan-Nya tak tertandingi
oleh siapa pun jua.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah terlimpah
pada junjungan kita, Rasulullah Muhammad al-Mushthofa. manusia paling mulia,
yang membawa rahmat bagi semua.
Bersyukur Allah pertemukan kita dengan bulan paling
mulia. Mungkin ada sahabat, sanak-saudara dan tetangga yang tak sempat
menemuinya.
Setiap hari kita merasa gembira, saat berbuka. Bukan
semata karena telah diperbolehkan makan dan minum setelah menahannya. Namun
lebih dari itu kita bergembira karena telah dimampukan menjalankan
perintah-Nya. Puncak kegembiraan itu kita bisa rasa hari ini. Juga bukan semata
sejak hari ini kita bebas makan dan minum. Kegembiraan hakiki karena Allah
telah mampukan kita melaksanakan shiyam di siang harinya dan qiyam di malam
harinya.
Di hari kemenangan ini kita patut merenung. Apakah
Allah menerima amal ibadah kita? Para ulama sangat takut jika amal mereka di
bulan Ramadan tidak diterima.
Karenanya selama enam bulan pasca Ramadan mereka
senantiasa berdoa “Rabbana taqabbal minna sholatana wa shiyamana wa qiyamana wa
ruku’ana wa sujudana wa takhasysyu’ana wa tadharru’ana wa ta’abbudana wa tammim
taqshirana Yaa Allah Yaa arhamarrahimin”.
Imam Ibnu Rajab al Hanbali dalam kitabnya Lathaiful
Ma’arif menyampaikan ciri diterimanya amal ibadah Ramadan. Yaitu ketaatan di
bulan Ramadan berbuah ketaatan di 11 bulan selanjutnya.
Sebaliknya, ciri ditolaknya amal ibadah kita adalah
jika Ramadan tak mengubah hidup kita menjadi lebih baik, lebih taat, lebih
takwa.
مَن عمِلَ طاعةً
من الطاعات و فرغَ منها فعلامةُ قبولِها أنْ يَصِلَها بطاعةٍ أخرىو علامةُ رَدِّها
أن يعقِبَ تلك الطاعةُ بمعصيةٍ
Siapa saja yang melakukan ketaatan dan ia telah
menunaikannya, maka tanda diterimanya ketaatan tersebut adalah ia
melanjutkannya dengan ketaatan yang lain. Sedangkan tanda ditolaknya ketaatan,
ia akhiri ketaatan dengan kemaksiatan (Lathaiful Ma’arif hlm. 366)
ليس العيدُ لمن
لَبِسَ الجديدْ؛ إنما العيدُ لمن طاعاتُه تزيدْ # ليس العيدُ لمن تَجَمَّلَ
باللباسِ والركوبِ# إنما العيدُ لمن غُفِرتْ له الذنوبُ. (لطائف المعارف 277)
Idul Fitri bukanlah bagi orang yang memakai pakaian
baru, tapi hakikat Idul fitri adalah bagi orang ketaatannya bertambah.
Idul Fitri bukanlah bagi orang yang bagus pakaian dan
kendaraannya, tapi hakikat Idul Fitri adalah bagi orang yang diampuni
dosa-dosanya. Karenanya Nabi juga menyatakan celaka bagi orang yang bertemu Ramadan
namun dosa-dosanya tak diampuni.
Padahal Ramadan
adalah bulan pengampunan dosa. Ketika Nabi naik di atas mimbar, Malaikat Jibril
datang menemui beliau. Lalu berkata:
وَمَنْ أَدْرَكَ
رَمَضَانَ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ قُلْ: آمِينَ، فَقُلْتُ:
آمِينَ
Siapa yang mendapati bulan Ramadan, namun dosanya tidak
diampuni maka Allah menjauh darinya. Lalu Jibril mengatakan: “Katakan aamiin”. Lalu Nabi
berkata “aku katakan aamiin” (al-Mu’jam al Kabir li Imam ath-Thabarani)
Jamaah salat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT,
Puasa adalah jalan menuju takwa. Ciri takwa adalah
menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Orang yang bertakwa hanya takut kepada Allah ta’ala.
Seorang yang bertakwa tak gentar saat menyuarakan kebenaran. Ia tak takut
dengan cacian, makian, buliyan orang yang mencela.
Orang yang bertakwa dalam hidupnya hanya menjalankan
perintah Allah dan Rasul-Nya. Al Quran dibaca dan diamalkannya. Hadis Nabi
pegang erat-erat bahkan digigitnya dengan gigi gerahamnya. Terlebih di zaman
fitnah saat ini. zaman wis edan, yen ora edan ora keduman.
Orang bertakwa mempersiapkan diri dengan bekal terbaik untuk pertemuan dengan Rabb-Nya.
Mempersiapkan bekal untuk perjalan panjang di alam
barzakh dan alam akhirat.
Alam yang berawal namun tanpa ada ujungnya. Bayangkan masa tunggu dari hari kiamat hingga hari berbangkit saja kita harus tunggu dalam waktu yang sangat lama. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Saw pernah bersabda:
Jeda antara dua tiupan sangkakala, empat puluh.
Abu Hurairah lalu bertanya:
Nabi menjawab: أَبَيْتُ (Aku enggan menjawab)
Abu Hurairah lalu bertanya lagi:
Nabi menjawab: أَبَيْتُ (Aku enggan menjawab)
Abu Hurairah lalu bertanya untuk yang ketiga kalinya:
Nabi menjawab: أَبَيْتُ (Aku enggan
menjawab). (HR. Bukhari no. 4554)
Hadirin Masyiral Muslimin Rahimakumullah..
Yang dimaksud dengan dua tiupan sangkakala adalah hari kiamat dan hari berbangkit. Jika yang dimaksud Nabi empat puluh adalah 40 hari, sementara satu hari di akhirat setara dengan 1000 tahun di dunia.
Berarti masa tunggu dari kiamat hingga kita dibangkitkan 40.000 tahun. Bagaimana jika yang dimaksud Nabi 40 adalah 40 bulan atau 40 tahun?
Maa syaa Allah… Setelah dibangkitkan bagai biji yang tumbuh setelah disiram air hujan, kita dihalau ke padang mahsyar, menanti sidang padang mahsyar pun sangat lama, menunggu syafa’at ‘uzhma dari habibinal mushthofa.
Belum lagi hari perhitungan, hari pembalasan, menyeberang siroth dan seterusnya.
Bekal apa yang akan kita bawa untuk mengadap Allah
ta’ala? Sementara kita lebih mengutamakan dunia dari pada kehidupan yang
disana.
Sholat sering lewat, puasa hanya menahan lapar dahaga. Nafsu masih saja diumbar seperti biasa. Baca al Quran hanya jika ingat saja, bukan jadi kebiasaan kita.
Jual-beli dan utang piutang kita tercampur riba. Jika
demikian adanya, apa jawaban kita saat menghadap Allah ta’ala?.
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ
Jamaah salat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT,
Demikianlah.. Kita patut merenung dan mengubah hidup kita. setiap hari berupaya menjadi lebih baik. Karena hakikat hidup di dunia hanya mampir minum, untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Semoga Allah terima semua amal ibadah kita. Menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa.
Balasan orang bertakwa adalah ampunan dari AllahTa’ala dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Maka bersegeralah taat pada-Nya.
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah meraih ampunan dari Tuhanmu dan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi. Yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa (QS. Ali ‘ Imran: 133)
بَارَكَ اللَّهُ
لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ
تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. وَاسْتَغْفِرُوْهُ, اِنَّهُ
هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH
IDUL FITRI KEDUA
***
kabarlumajang.com